Senin, 03 Agustus 2015
30HARIMENULIS
HARI 2 : Buka buku yang ada di dekatmu, buka halaman 2 tulislah kata pertama yang ada di buku jadi cerita !
Buku berjudul ‘Sejarah Palembang” halaman dua kata pertamanya adalah “KAMPUNG-KAMPUNG”
Kampung atau desa (kamus bahasa Indonesia). Kampung adalah suatu tempat yang berada di daerah kota terdapat keluarga dan rumah penduduk.
Kampung kata yang tidak asing lagi buat masyarakat Indonesia. Karena setiap daerah di Indonesia sudah pasti punyai kampung-kampung atau bisa di katakan asal daerah tanah lahir. Sama halnya di kota ku ada kampung-kampung yang berada dekat dengan pusat kota dan terletak di pinggiran sungai musi.
Pertama kali saya mengetahui kalau ada kampung di tengah kota,saya baca buku tentang masa lampau kota palembang yang menceritakan daerah-daerah palembang dari zaman kesultanan sampai kolonial Belanda. Dari buku itu rasa penasaran ku makin tinggi ingin sekali melihat bagaiman bentuk kampung-kampung itu.
Akhirnya waktu aku kuliah aku bisa menemukan kampung-kampung itu. Setelah mencari informasi tentang kampung tersebut aku dan teman ku bisa sampai di sana. Ada dua jalur bisa datang ke kampung Arab (sebutan orang Palembang) jalur pertama bisa melewati jalan darat dengan menggunakan anggotan umum dan melewati jalan-jalan kecil rumah masyarakat. Jalur kedua melewati jalur air dan menyebrangi sungai musi menggunakan “Ketek” (sebutan orang Palembang untuk perahu yang menyembrangi sungai).
Dengan menggunakan ketek kita bisa langsung sampai ke tujuan kampung Arab. Asiknya juga kita bisa menikmati panasnya matahari di tengah-tengah sungai musi yang melewati bawah jembatan Ampera. Selain itu banyak juga kegiatan masyarakat palembang yang tinggal di penggiran sungai (dari anak-anak berenang dengan riang di sungai, ada lagi bapak-bapak yang asik mancing ikan di atas perahunya dan masih banyak lagi) pemandangan yang tidak bisa aku lihat di tengah kota.
Sampainya aku dan temanku di kampung Al-Munawar rasa senang dan penasaran terbayarkan. Dengan kamera di tangan mulai lah jemprat-jempret. Dari bentuk rumah yang ada sangat sederhana dan masih penuh dengan nilai-nilai tradisional yang benar-benar masih utuh. Saluut sama orang-orang di sini masih menjaga peninggalan masa lampau. Rumahnya berbentuk panggung dan atap nya benbentuk limas cirikhas kota Palembang, selain itu arsitektur rumah juga dari kayu yang sangat kuat.
Tepat dugaan ku namanya juga kampung Arab sudah pasti orang yang tinggal di sana pasti banyak orang Arab atau keturunanya. Yach aku dan dian senyum-senyum malu berada di tengah-tengah orang arab yang asik mengobrol dengan bahasa arab ( di kepala ku penuh tandah tanya,mereka ngomongin apa ya?) yach kami senyum aja deh meskipun mereka tahu kalau kami binggung. Tapi tenang kok kalau kesana mereka sudah bisa bahasa Palembang dan bahasa Indonesia karena mereka sudah menjadi masyarakat Palembang. Benar-benar kayak lagi ada di negeri seberang (seberang ulu kota Palembang tepatnya :D ) selesai bicara-bicara dan mencari tahu tentang kampung Al-munawarman, aku dan dian pergi mengelilingi jalan-jalan di sana. Ada satu jalan yang membuat rasa penasaran muncul lagi masuklah ke sana tepat ini adalah satu kampung Arab yang kecil dari yang tadi tidak banyak masyakatnya dan rumah-rumah seperti tadi hanya ada sebuah langgar kecil (tempat beribada dan belajar) letaknya benar-benar terapung di atas sungai musi.
Matahari muai berwarna kuning kemerahan,yach kami memutuskan untuk pulang. Tapi ada masalahnya mau pulang naik apa ini ???
Mau mencari anggotan umum dari tadi kami berjalan tidak ada satupun anggotan umum yang lewat dan akhirnya kami memutuskan buat jalan kaki sampai ke jembatan Ampera (cewek-cewek machoo otot kawat tulang besii).
Kami melewati jalan pinggiran sungai tadi pergi melewati sungai dan pulang melewati pinggiran sungai dan ternyata lebih meng-asyikkan karena kita bisa secara dekat melihat kegiatan masyarakat yang tinggal di tepian sungai musi. Dari ibu-ibu yang aasyik duduk di depan rumah sambil meraba-raba rambut dan merumpi(gosip) satu sama lain dan anak-anak yang bermain layang-layang, kelereng dan permainan tradisional lainya. Sampailah di jembatan Ampera itu tandahnya kami sudah sampai ke pusat kota (penuh dengan sepeda motor dan mobil melewati jembatan).
Yach itu lah Kotaku Palembang yang metropolis dengan keangunganya dan kemegahan jembatan Ampera yang membelah kota ilir dan ulu dan kehidupan masyarakatnya yang bebedah. Tapi masih memengang teguh peninggalan leluhurnya.
Soo bro buat teman-teman kelilingin dech daerah loh, malu dong kalau ngak tahu daerah sendiri. Ikutin langkah kaki dan Lintening your heart.
“jangan takut NYASAR, karena nyasar itu buat kita ketemu jalan yang baru”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar